PROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN KOMBINASI MODEL
PEMBELAJARAN TEAM ASSITED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN PEMBERIAN TUGAS DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
DITINJAU DARI MINAT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MIRIT TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Penelitian Pendidikan
dosen pembimbing Heru Kurniawan, M.Pd

Disusun oleh:
Noer Khayati
NIM. 092143504/ VI C
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOREJO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena maju dan
mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh maju dan mundurnya pendidikan di
Negara tersebut.
Pendidikan
di Indonesia belum seperti yang diharapkan, karena lembaga-lembaga pendidikan
belum mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Bahkan
pendidikan nasional pun dinilai gagal membangun karakter bangsa. Hal ini
terbukti dari rendahnya nilai hasil ujian nasional, terutama nilai bidang studi
matematika . Padahal matematika adalah bidang studi yang mendasari semua
disiplin ilmu. Dua masalah utama dalam pendidikan matematika di Indonesia
adalah rendahnya prestasi siswa (rendahnya daya saing siswa diajang Internasional
dan rendahnya nilai rata-rata ujian murni nasional khususnya matematika) serta kurangnya
minat mereka dalam belajar matematika (matematika dianggap sulit dan diajarkan
dengan metode yang tidak menarik karena guru menerangkan, sedangkan siswa hanya
mencatat). Diduga, pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia masih
menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik. Siswa hanya diberi
penjelasan dari guru dan disuruh mencatat, tanpa menemukan sendiri materi yang
sedang dipelajari.
Salah satu upaya untuk meninggkatkan prestasi
belajar matematika yaitu dengan menemukan metode pembelajaran yang baru yang
dapat meningkatkan keaktifan siswa. Dalam hal ini yang aktif bukan hanya guru, tetapi siswa juga harus
berperan aktif. Siswa diarahkan untuk menemukan sendiri pengetahuan tentang
materi yang sedang dipelajari.
Kegiatan interaksi belajar mengajar harus selalu
ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan
di sekolah, dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka
sangat menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, perlu memberikan tigas-tugas di luar jam
pelajaran. Jika hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap
mata pelajaran hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang
diharuskan.
Terkait dengan hal tersebut, perlu diadakan
penelitian untuk menemukan model pembelajaran yang baru, yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Model pembelajaran yang akan diujikan disini
adalah model pembelajaran cooperative tipe Team Assited Individualization (TAI)
yang dikombinasikan dengan pemberian
tugas-tugas. Selain mengujikan model pembelajaran, perlu diadakan penelitian
tentang minat para siswa, apakah berpengaruh terhadap prestasi belajar atau
tidak.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat dilihat beberapa permasalahan yang
dapat diangkat untuk diadakannya penelitian antara lain sebagai berikut:
1. Ada
kemungkinan masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh
metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru di kelas. Kebanyakan
pembelajaran masih didominasi oleh guru dan kurang melibatkan siswa secara
aktif. Siswa tidak diberi kesempatan untuk belajar menemukan sendiri apa yang
sedang dipelajari. Siswa hanya disuruh mendengarkan dan mencatat apa yang
disampaikan oleh guru. Terkait dengan hal itu, maka perlu diadakan penelitian
untuk menemukan metode yang baru yang mengedepankan keaktifan siswa.
2. Rendahnya
prestasi belajar siswa mungkin disebabkan siswa tidak berani bertanya kepada
guru tentang materi yang belum dipahami. Jika siswa tidak berani bertanya
kepada guru, siswa dapat bertanya kepada teman yang lain yang lebih paham yaitu
dengan belajar secara berkelompok. Terkait dengan hal itu akan muncul
pertanyaan apakah jika siswa belajar berkelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa atau tidak. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai
cara belajar siswa.
3. Ada
kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kurangnya
latihan soal-soal. Terkait dengan hal itu maka perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui apakah jika siswa diberi tugas-tugas dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa atau tidak.
4. Rendahnya
prestasi belajar siswa mungkin dipengaruhi minat siswa dalam mengikuti
pelajaran matematika. Terkait dengan hal ini maka perlu diadakan penelitian
mengenai minat siswa dalam pelajaran matematika.
C. Pemilihan
Masalah
Dari
masalah yang telah diidentifikasi di atas, peneliti akan membatasi penelitian
sebagai berikut:
1.
Terkait dengan permasalahan metode dalam proses
pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa. Hal ini penting mengingat
paradigma pendidikan Indonesia menuntut terjadinya perubahan ke arah belajar
aktif yang berpusat pada diri siswa. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu
strategi pembelajaran yang mewujudkan keaktifan siswa.
2.
Terkait tentang kurangnya latihan soal-soal pada siswa.
Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian, karena dengan pemberian tugas
diharapkan siswa akan terbiasa menyelesaikan masalah yang ada sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar.
D. Pembatasan
Masalah
Dari
masalah yang telah dipilih di atas, akan diteliti mengenai pengaruh metode pembelajaran yang
mengedepankan keaktifan siswa. Selanjutnya dilakukan pembatasan-pembatasan
sebagai berikut:
1. Model
pembelajaran yang digunakan adalah Pembelajaran Team Assited Individualization
(TAI) dan pemberian tugas-tugas.
2. Kompetensi
yang dipilih adalah semua materi kelas VIII semester I.
3. Ruang
Lingkup penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Mirit kelas VIII.
E. Perumusan
Masalah
Rumusan
masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah
prestasi belajar matematika siswa dengan model Pembelajaran Team Assited
Individualization (TAI) dan pemberian tugas-tugas akan meningkat?
2. Apakah
prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh minat siswa terhadap
pelajaran matematika?
F. Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui Apakah penerapan kombinasi pembelajaran team assited
individualization (TAI) dan pemberian tugas-tugas dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika atau tidak.
2. Untuk
mengetahui apakah minat siswa terhadap pelajaran matematika mempengaruhi
prestasi belajar?
G. Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca, peneliti dan para guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Manfaat penelitian ini :
1. Bagi
pembaca
Lahirnya suatu
metode pembelajaran baru yaitu pembelajaran team assited individualization
(TAI) dan pemberian tugas yang dapat diterapkan pada mata pelajaran lain.
2. Bagi
Guru
Diperolehnya suatu
kreativitas variasi pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa.
3. Bagi
Peneliti
Menambah pengetahuan
dan memberikan pengalaman dalam menemukan metode yang tepat untuk siswa.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Kajian Teori
1. Definisi Hasil Belajar Matematika
a) Definisi Belajar
Sebagian
orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi. Ada pula sebagian orang yang
memandang belajar sebagai latihan belaka.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar yaitu berusaha untuk memperoleh
kepandaian atau ilmu. Definisi belajar menurut para ahli sangat beragam.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The
Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif (
Muhibbin Syah,2008 : 91).
Sedangkan
menurut Hintzman dalam bukunya The
Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia atau hewan) disebaban oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut (Muhibbin
Syah,2008 : 91).
Secara
institusional (tinjauan, kelembagaan) belajar dipandang sebagai proses validasi
atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah
dipelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat
diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru
mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan
dalam bentuk skor.
Adapun
pengertian belajar secara kualitatif, belajar adalah proses mencari arti-arti
dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan
tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti
dihadapi siswa.
Belajar
adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu
yang sedang belajar, baik potensial maupun aktual. Perubahan-perubahan tersebut
adalah dalam bentuk kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang
cukup lama. Dan perubahan-perubahan itu terjadi arena berbagai usaha yang
dilakukan oleh individu yang bersangkutan (Lilik Wahyu Utomo, 2099 : 8)
Bertolak
dari berbagai definisi yang telah diuraikan, secara umum belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap
sebagai hasil pengalaman dan interksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa
perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses pematangan, keadaan gila, mabuk,
lelah dan jenuh tidak dapat dipandang belajar.
b) Definisi Matematika
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan
antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan.
Secara
etimologi, matematika berasal dari Bahasa Latin “mathematica”, yang mulanya
diambil dari bahasa Yunani “mathematike” yang berarti relating to learning.
Akar katanya adalah mathemaa, yang berarti pengetahuan atau ilmu(science, knowledge).
Kata “mathematike” ternyata berhubungan erat dengan kata “mathanien” yang
berarti belajar atau berpikir. Dalam bahasa lain istilah matematika dikatakan
“mathematics” (Inggris), “mathematic” (Jerman), dan “mathematic/wiskunde
(Belanda). Menurut Elea Tinggih (1972:5), Matematika adalah ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar. Dalam pengertian lain, matematika adalah hasil
pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran
(Russeffendi ET, 1980:148).
c) Definisi Hasil Belajar
Di antara para pakar pendidikan dan
psikologi tidak memiliki definisi dan perumusan yang sama mengenai pengertian
hasil belajar, namun di antara mereka memiliki pemahaman yang sama mengenai
makna hasil belajar. Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (1994 :
4) bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar
atau tindak belajar”. Belajar ditandai oleh
ciri-ciri yaitu (a) disengaja dan bertujuan, (b) tahan lama, (c) bukan
karena kebetulan, (d) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
Demikian pula dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh suatu
usaha atau dapat juga berarti pendapatan atau perolehan, buah”. Gagne (dalam
Ratna Willis Dahar, 162), mengatakan bahwa ada lima kemampuan hasil belajar
yaitu : (1) keterampilan-keterampilan intelektual, karena
keterampilan-keterampilan itu merupakan penampilan-penampilan yang ditunjukkan
oleh siswa tentang operasi-operasi yang ditunjukkan oleh siswa tentang
operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya, (2) penggunaan
strategi-strategi kognitif, karena siswa perlu menunjukkan penampilan yang
baru, (3) berhubungan dengan sikap-sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku
yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan pembelajaran, (4)
dari hasil belajar adalah informasi verbal, (5) keterampilan-keterampilan
motorik.
d) Definisi hasil belajar
matematika
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan,
dibuat, dijadikan oleh suatu usaha atau dapat juga berarti pendapatan atau
perolehan. Sedangkan Matematika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Hasil
belajar Matematika adalah sesuatu yang
diperoleh dari kegiatan belajar Matematika untuk mendapatkan ilmu tentang
bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Dapat disimpulkan juga bahwa Hasil belajar
Matematika yaitu hasil belajar yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami
proses interaksi pembelajaran mata pelajaran Matematika selama periode waktu
tertentu.
2. Metode Pembelajaran
Berdasarkan permasalahan yang dipilih untuk dijadikan
penelitian, maka peneliti menggunakan dua metode sebagai variabel penelitian
yaitu Metode Team Assited Individualization (TAI) dan metode konvensional.
Kedua metode ini nantinya akan dibandingkan bagaimana pengaruhnya terhadap
motivasi sekaligus terhadap prestasi belajar siswa. Berikut akan dijelaskan
bagaimana system kedua metode tersebut:
a) Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe TAI
TAI singkatan dari Team Asited
Individualization. TAI merupakan salah satu teknik dalam model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin. Dalam model
pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4-5 orang)
yang heterogen yang selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara
individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok,
diharapkan siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan
rasa social yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana
bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik,
dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong
teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain dan sebagainya.
Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena
keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut
bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan
demikian siswa yang pandai mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya,
sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang
diselesaikan dalam kelompok tersebut.
Model
pembelajaran TAI mempunyai delapan
komponen. Delapan komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Teams,
yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa.
2. Placement
test, yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian
siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3. Student
creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
4. Team
Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan secara individu kepada siswa yang membutuhkannya.
5. Teams
Score and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok
dan criteria penghargaan kepada kelompok yang berhasil secara cemerlang dan
memberikan dorongan semangat jkepada kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas.
6. Teaching
Group, yakni pemberian matri secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas
kelompok.
7. Facts
Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8. Whole-Class
Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran
dengan strategi pemecahan masalah.
Penerapan
model pembelajaran TAI pada suatu mata pelajaran :
1. Guru
menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada siswanya dengan
mengadopsi model pembelajarn TAI, misalnya pada materi persamaan linear dua
variabel.
2. Guru
menjelaskan menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model
pembelajaran TAI, sebagai variasi suatu model pembelajaran. Guru menjelaskan
kepada siswa tentang pola kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok.
3. Guru
menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok.
4. Guru
memberikan pre-tes kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan .
5. Guru
menjelaskan tentang materi baru secara singkat.
6. Guru
membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa pada setiap
kelompok. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya.
7. Guru
menugasi setiap kelompok dengan bahan ajar yang sudah disiapkan.
8. Ketua
kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melaporkan hambatan yang
dialami oleh anggota kelomponya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual.
9. Ketua
kelompok harus bisa menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi ajar
yang diberikan guru, dan siap diberi ulangan oleh guru.
10. Menjelang akhir
waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan
strategi pemecahan masalah.
11. Guru dapat
memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
b)
Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid
melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabannya. Tugas yang
diberikan guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan
yang telah dipelajari. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar baik secara
individual maupun kelompok. Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan untuk
menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif, mendorong perilaku kreatif,
membiasakan berpikir komprehensif, dan memupuk kemandirian dalam proses
pembelajaran
Metode pemberian tugas yang
digunakan secara tepat dan terencana dapat bermanfaat untuk:
1) Menumbuhkan kebiasaan belajar
secara mandiri dalam lingkungan bersama (kolektif) maupun sendiri
2) Melatih cara mencari informasi
secara langsung dari sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekolah, rumah
dan masyarakat
3) Menumbuhkan suasana pembelajaran
yang menggairahkan (rekreatif)
Kelemahan yang dapat diamati dari pemberian
tugas-tugas antara lain sebagai berikut :
(1) Seringkali siswa tidak mengerjakan tugas-tugas
dengan kemampuan sendiri, melainkan meniru atau menyontek atau pun ikut-ikutan
dengan alasan kerjasama;
(2) Guru kurang konsekuen memeriksa dan menghargai
pekerjaan murid;
(3) Bila pekerjaan tenlalu sulit, hal ini akan
menimbulkan kekurangtenangan mental siswa, takut, khawatir dan sebagainya;
(4) Sukar untuk memberikan tugas secara individual
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa sendiri;
(5) Para siswa mengerjakan tugas-tugas tidak
mengikuti cara yang telah diajarkan oleh guru atau buku
(6) Para siswa lambat memahami keterangan dari guru.
b)
Metode Ekspositori
Dalam
pembelajaran matematika model yang sering digunakan adalah model pembelajaran
ceramah atau sering disebut dengan ekspositori. Metode ceramah menurut Syaiful
Bahri Djamarah (2010 : 97) yaitu cara penyajian pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dengan penuturannya atau penjelasan lisan secara langsung terhadap
siswa. Model eksposisi menurut Dimayati dan Mudjiono (2009 : 172) merupakan
kegiatan mengajar yang berpusat pada guru.
Guru
berbicara, menerangkan dan memberi contoh soal. Siswa tidak hanya mendengar dan
mencatat, tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya jika tidak mengerti.
Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individu, menjelaskan kepada siswa
secara individu.
Metode
ekspositori mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelemahan metode ekspositori
antara lain :
a.
mudah menjadi verbalisme (pengertian pendidikan)
b.
jika dilakukan secara terus menerus, maka akan
membosankan
c.
siswa menjadi pasif
Kelebihan
metode ekspositori antara lain :
a.
guru mudah menguasai kelas
b.
mudah mengorganisasikan kelas
c.
dapat diikuti dengan jumlah siswa yang cukup besar
d.
mudah mempersiapkan dan melaksanakan
B. Kerangka
Berfikir
Model
pembelajaran ekspositori saat ini masih banyak diterapkan di sekolah-sekolah
pada umumnya. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, model pembelajaran
tersebut dirasakan kurang dapat menghasilkan prestasi yang optimal. Terkait hal
tersebut, peneliti mencari pemecahan masalah melalui penerapan belajar mengajar
yang berpusat pada peserta didik. maka yang perlu diperbaiki adalah proses
pembelajaran yang berlangsung, yang diharapkan akan dapat meningkatkan motivasi
peserta didik, dengan kombinasi yang baik yakni dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dan pemberian tugas-tugas. Ditujukan untuk
perbaikan proses pembelajaran sangat ditekankan sehingga proses pembelajaran
tidak berjalan satu arah, terdapat timbal balik antara guru dan siswa, dengan
demikian tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat terpenuhi.
Model
pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) yang dikombinasi dengan pemberian
tugas-tugas lebih memberikan kesempatan kepada siswa
bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah
bersama. Selain itu kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif
siswa dalam pelajaran matematika. Siswa secara individu dapat membangun rasa
percaya diri terhadap kemampuan untuk menyelesaikan maalah-masalah sehingga
mengurangi rasa cemas dan takut.
Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan pemberian tugas-tugas member
kesempatan pada siswa untuk lebih aktif
dalam belajar dan mengekspresikan ide siswa. Siswa memiliki kesempatan lebih
banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematika yang dimiliki
dalam kelompok maupun individu yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi.
Dalam pembelajaran matematika dirasa perlu adanya
parttisipasi siswa yang lebih banyak dan perlu kreativitas dari siswa. Siswa diharapkan
lebih mengekspresikan idenya sehingga akan mendorong potensi dan kemampuan
dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yang
dikombinasi dengan pemberian tugas-tugas dirasa sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Dengan Team
Assisted Individualization (TAI) yang dikombinasi dengan pemberian
tugas-tugas diharapkan prestasi dapat lebih baik daripada model pembelajaran
ekspositori.
C. Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir maka
hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Penerapan
kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang dikombinasi dengan
pemberian tugas-tugas dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Mirit.
BAB III
METODEPENELITIAN
A.
Tempat, Subyek dan Waktu penelitian
1.
Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Mirit Kecamatan
Mirit Kabupaten Kebumen. Subyek penelitian
adalah siswa kelas VIII semester II
tahun pelajaran
2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan selama 2 bulan,
yaitu pada bulan Maret hingga akhir bulan April
tahun 2012.
B.
Metode dan Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi
experimental research), karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua
variabel yang relevan. Dalam
penelitian ini dilakukan manipulasi variabel terhadap variabel
bebasnya yaitu pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran Team
Assited Individualization (TAI) dan
pemberian tugas. Sedangkan variabel bebas lain yang ikut mempengaruhi variabel
terikat adalah minat siswa.
2. Rancangan Penelitian
Dalam
penelitian ini, digunakan rancangan penelitian faktorial 2 × 3 untuk mengetahui
pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 3.1. TabelRancangan Penelitian.
Metode mengajar (ai)
|
Minat
Siswa (bj)
|
||
Tinggi (b1)
|
Sedang (b2)
|
Rendah(b3)
|
|
Pembelajaran Team Assited Individualization (TAI)
dan pemberian tugas (eksperimen)
(a1)
|
ab11
|
ab12
|
Ab13
|
Metode Ekspositori (Kontrol) (a2)
|
ab21
|
ab22
|
Ab23
|
C.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalahsemua siswa kelas VIII semester II di SMP Negeri 1 Mirit Kabupaten Kebumen tahun pelajaran
2011/2012.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampling
dilakukan dengan Simple Random Sampling
yang dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:
a. Dari
kelima kelas akan diambil 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai
kelas kontrol.
b. Kelima kelas tersebut
diacak/diundi untuk mendapatkan kelas eksperimen, kemudian diundi lagi untuk
mendapatkan kelas kontrol.
c. Didapat
kelas B sebagai kelas
eksperimen dan kelas D sebagai kelas kontrol
3. Sampel
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2009: 81). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII B sebagai
kelas eksperimen dan siswa
kelas VIII D sebagai
kelas kontrol.
D.
Identifikasi Variabel
Pada penelitian
ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
1. Variabel
Bebas
Variabel
bebas atau variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel bebas adalah Model
Pembelajaran Team Assited Individualization (TAI)
dan pemberian tugas. Pada
Pokok Bahasan Persamaan
Linear Dua Varibel.
a. Metode Mengajar
1)
Definisi operasional
Metode
pembelajaran (learning method)
adalah cara penyajian/penyampaian materi pelajaran.
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Dengan demikian,
metode digunakan untuk merealisasikan strategi
yang telah ditetapkan.
2)
Skala pengukuran : skala ordinal.
3)
Indikator : perlakuan
terhadap kelas eksperimen kombinasi
menggunakan metode TAI dan pemberian tugas
dan kelas kontrol dengan menggunakan metode ekspositori.
4)
Simbol : ai, dengan i = 1, 2
a1
= Metode Pembelajaran Team Assited
Individualization (TAI) dan pemberian tugas (eksperimen).
a2
= Metode Ekspositori (control).
b. Minat
1)
Definisi operasional.
Minat adalah kecenderungan
yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan bidang itu.
2)
Skala pengukuran : skala pengukuran
ordinal.
3)
Indikator : siswa dengan kelompok minat
rendah, sedang dan tinggi.
4)
Simbol : bj, denganj = 1, 2, 3
b1=minat siswa tinggi.
b2 =minat siswa sedang.
b3=
minat siswa rendah
2. Variabel
Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini
adalah prestasi belajar matematika.
a. Definisi operasional
Prestasi belajar
matematika adalah tingkat
penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
matematika sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
b. Skala pengukuran : skala pengukuran interval.
c.
Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika siswa pada materi persamaan linear dua variabel.
d.Simbol :
, koefisien korelasi
N : Jumlah Subjek
X : Skor yang dicari validitasnya
Y : Skor kriterium
XY
:
Perkalian antara soal dengan skor kriterium
ΣX2: Jumlah kuadrat skor item
ΣY2:
Jumlah kuadrat skor kriterium
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Metode
pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Suharsimi
Arikunto, 2006: 149). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang
kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai UAS semester dua kelas VIII
SMP Negeri 1 Mirit tahun pelajaran
2011/2012 untuk mata pelajaran matematika pada kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 yang digunakan dalam menguji keseimbangan antara kelas ekperimen 1
dan kelas eksperimen 2.
Metode tes digunakan untuk memperoleh
data prestasi belajar siswa
atau
hasil belajar siswa pada pokok bahasan
persamaan linear dua variabel
setelah mendapat model
pembelajaran. Tes ini diberikan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
yang memiliki bentuk dan kualitas tes yang
sama.
2. Metode Tes
Pada
penelitian ini metode tes digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai
prestasi belajar matematika pada kompetensi pecahan yang berbentuk pilihan ganda.
Sebelum
instrumen tes digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji
coba terhadap tes tersebut. Uji coba ini
dilakukan meliputi 2 hal sebagai berikut.
a. Analisis Instrumen
Analisis
instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal tes telah memenuhi syarat
validitas dan reliabilitas atau belum.
1). Uji validitas isi
Dalam
dunia pendidikan, sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur sesuai
dengan domain dan tujuan khusus tertentu yang samadengan isi pelajaran yang telah
diberikan di dalam kelas.
Sebagian
ahli tes berpendapat bahwa tidak ada satupun pendekatan statistik yang dapat
digunakan untuk menentukan validitas isi suatu tes. Menurut Guion dalam Sumarna
Surapranata (2006: 53), “Validitas isi hanya dapat dilakukan berdasarkanjudgement
para ahli. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini, untuk menilai apakah intrumen tes telah mempunyai validitasisi yang baik
akan dilakukan oleh pakar atau validator (expert judgment).
2). Uji Reliabilitas
Instrumen
dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yangrelatif sama pada saat
dilakukan pengukuran lagi pada obyek yang berbeda pada waktu
yang berlainan.
Reliabilitas
tes hasil belajar dapat diuji
dengan beberapa rumus sebagai
berikut:
A. Rumus
KR-20
Keterangan:
r11:indeks
reliabilitas instrumen
n :banyaknya butir instrumen
pi :proporsi
cacah subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
q1:1-
pi
: Variansi
total
B. Teknik Spearman-Brown
Keterangan:
: indeks reliabilitas instrumen
: koefisien korelasi antara skor
bagian pertama dan bagian kedua.
C. Teknik
Flanagan
Keterangan
:
: indeks reliabilitas instrumen
: variansi instrumen belahan
pertama
: variansi instrumen belahan kedua
: variansi instrumen total
D.
Teknik Rulon
Keterangan :
:
indeks reliabilitas instrumen
: variansi perbedaan skor
antara dua belahan
: variansi total
E.
Teknik Alpha
Keterangan :
: indeks reliabilitas instrumen
:banyaknya butir instrumen
: variansi belahan ke-i, i
= 1, 2, 3, ..., k (k <n)
: variansi skor-skor yang diperoleh
subjek uji coba.
b. Analisis Butir Instrumen
Analisis butir
instrumen meliputi uji tingkat kesukaran, daya pembeda, dan berfungsinya pengecoh.
1) Tingkat Kesukaran
Untuk
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
Keterangan :
P:
Indeks kesukaran
B
: Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js
: Jumlah seluruh peserta tes
2). Daya Pembeda
Analisis
daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal
dalam membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai.
Rumus untuk mencari daya pembeda
suatu butir soal adalah:
=
DenganD = daya pembedasoal
nA=
banyaknya peserta kelompok atas
nB
= banyaknya peserta kelompok bawah
ΣA =banyaknya
peserta kelompok atas yang menjawab
soal dengan benar
ΣB =banyaknya
peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
3) Pengecoh
Dalam
soal tes pilihan ganda pengecoh
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Pengecoh
dimaksudkan dengan alternatif jawaban
yang bukan merupakan kunci jawaban,
dimana sekiranya siswa memilih alternatif
jawaban yang salah
tersebut.
Dalam
penelitian ini pengecoh dikatakan berfungsi jika pengecoh tersebut dipilih oleh
sekurang-kurangnya 5% dari seluruh peserta tes dan peserta dari kelompok yang tinggi menjawab lebih
sedikit dari pada kelompok bawah.
3. Metode Angket
Angket
dalam penelitian ini memuat pertanyaan-pertanyaan untukmengetahui tingkat
motivasi belajar siswa. Pilihan dari jawaban siswa nantinyadapat dijadikan
indikator dalam menentukan kecenderungan motivasi belajarsiswa.
Adapun
prosedur pemberian skor jawaban angket adalah sebagai berikut:
1. Soal dengan 4 item pilihan jawaban
a. Item positif
1) Jawaban a (selalu) mendapat skor 4
2) Jawaban b (sering) mendapat skor 3
3) Jawaban c (kadang-kadang) mendapat
skor 2
4) Jawaban d (tidak pernah) mendapat
skor 1
b. Item negatif
1) Jawaban a (selalu) mendapat skor 1
2) Jawaban b (sering) mendapat skor 2
3) Jawaban c (kadang-kadang) mendapat
skor 3
4) Jawaban d (tidak pernah) mendapat
skor 4
2. Soal dengan 3 item pilihan jawaban
a. Item positif
1) Jawaban a (senang) mendapat skor 3
2) Jawaban b (biasa-biasa saja) mendapat
skor 2
3) Jawaban c (tidak senang) mendapat skor
1
b. Item negatif
1) Jawaban a (senang) mendapat skor 1
2) Jawaban b (biasa-biasa saja) mendapat
skor 2
3) Jawaban c (tidak senang) mendapat
skor 3
Setelah
penyusunan item soal angket selesai, terlebih dahulu dilaukan ujicoba untuk
menganalisis instrumen apakah sudah memenuhi kriteria validitas, konsistensi
internal, dan reliabilitasnya.
a. Validitas isi.
Penelaahan
instrumen angket dilakukan oleh validator yaitu seorang pakar. Dalam penelitian ini, angket disusun
untuk mengetahui tingkat motivasibelajar siswa. Karena motivasi berhubungan
dengan kejiwaan, maka penelaahan angket akan dilakukan oleh psikolog.
b. Konsistensi Internal
Konsistensi
internal menunjukkan adanya korelasi positif antara skor masing-masing butir
angket tersebut dengan skor totalnya. Artinya butir-butir tersebut harus
mengukur hal yang sama danmenunjukkan kecenderungan yang sama pula. Untuk
menghitungnya digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai
berikut.
Keterangan:
: indeks konsistensi internal untuk
butir ke-i
: cacahsubyek yang dikenai tes
(instrumen)
X:
skor untuk butir ke-i
Y:
total skor
c. Uji Reliabilias
Untuk
menguji reliabilitas angket digunakan
rumus (Anda dapat memilih rumus yang telah disampaikan pada bagian
sebelumnya) sebagai berikut:
F. Uji
Keseimbangan
Uji
keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas (kelas eksperimen dan
kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelumkelas eksperimen
mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t. Adapun data yang digunakan berasal dari data
dokumen nilai belajar matematika antara siswa dalam kelas-kelas yang digunakan
sebagai sampel penelitian.
Langkah-langkah uji keseimbangan adalah
sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0:m1 = m2 (kedua kelas
populasi memiliki kemampuan awal sama)
H1:
m1 ¹ m2 (kedua kelas
populasi memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikansi : a = 0,05
c. Statistik Uji
Keterangan:
: mean dari kemampuan awal kelas
eksperimen
: mean dari kemampuan awal kelas
kontrol
: variansi dari kemampuan awal
kelas eksperimen
: variansi dari kemampuan awal
kelas kontrol
: jumlah siswa kelas eksperimen
: jumlah siswa kelas kontrol
d. Menentukan daerah kritik
DK = { t| t < -
e. Keputusan Uji
Tolak H0jika
hargatobs terletak
di daerah kritik.
f. Kesimpulan
1)
Ketiga kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama jika H0
tidakditolak.
2) Ketiga kelas sampel memiliki
kemampuan awal berbeda jika H0ditolak.
G. Teknik
Analisis Data
1. Uji
Prasyarat Analisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam
penelitian ini adalah uji normalitas danuji homogenitas.
a. UjiNormalitas
Uji
ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperolehberdistribusi normal
atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metodeLilliefors dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 :
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 :
sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Taraf
signifikansi (α =
0,05)
3. Statistik
Uji
Lhitung = maks |F(Zi)-S(Zi)| : Zi
=
Keterangan:
F(Zi)
: P(Z <Zi)
; Z ~ N(0, 1)
S(Zi) : proporsi cacah Z <Ziterhadap
seluruh cacah Z
Xi:
skor responden.
4. Daerah
Kritik (DK) = { L | L >Lα ;
n} ; n adalah ukuran sampel
5. Keputusan
Uji
H0 ditolak
jika Lhitung terletak
di daerah kritik
6.
Kesimpulan
1).
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
tidakditolak.
2).
Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0ditolak.
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji
ini digunakan untuk mengetahui apakah
populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas inidigunakan metode
Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagaiberikut:
1. Hipotesis
H0 :
(variansi populasi homogen)
H1
:
paling tidak ada satu
(variansi populasi tidak
homogen) untuk i ¹ j ;
i = 1, 2, ..., k; j = 1, 2, ..., k
2. Taraf signifikansi (α = 0,05)
3. Statistik Uji
X2
=
f :
derajat kebebasanuntuk RKG = N – k
N :
cacah semua pengukuran
fj
: derajat kebebasan untuk
= nj
-1
j:
1, 2, ..., k
nj
: cacah pengukuran pada sampel ke-j
RKG
=
SSj
=
c
= 1 +
4. Daerah Kritik (DK) = {χ2|
a ; k – 1}
5. Keputusan Uji
H0ditolak
jikaX2 terletak di daerah
kritik
6. Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika H0
tidak
ditolak.
b) Populasi-populasi tidak homogen jika
H0ditolak.
2. Pengujian
Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan
teknik analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama, dengan model sebagai
berikut:
Xijk
= μ+
ai +
bj +
(ab)ij
+ eijk
Keterangan:
Xijk
: data amatan ke-kpada baris ke-idan
kolom ke-j
μ
: rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand
mean)
ai:
efek baris ke-i pada variabel terikat
bj:
efek kolom ke-j pada variabel terikat
(ab)ij:
kombinasi efek baris ke-idan kolom ke-j padavariabel terikat
eijk:
deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (μ ij)
yangberdistribusi normal dengan rataan 0. Deviasi amatan
terhadap rataan populasi juga
disebut error (galat).
i :
1, 2
dengan 1 : pembelajaran TAI dan pemberian tugas (eksperimen)
2 : pembelajaran Metode Ekspositori
(kontrol).
j :
1, 2
dengan 1 : Motivasi belajar tinggi
2 : Motivasi belajar sedang
3 : Motivasi belajar rendah
k :
1, 2, 3, ... , nij dengannij=
banyaknya data amatan pada selij.
Prosedur
dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi duajalan dengan sel tak
sama, adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0A:
ai =
0 untuk setiap i = 1,2
(tidak ada perbedaan efek antar baris
terhadap variabel terikat)
H1A :
paling sedikit ada satuaiyang
tidak nol
(ada perbedaan efek antar baris terhadap
variabel terikat)
H0B:
bj =
0 untuk setiapj = 1, 2, 3
(tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat)
H1B :
paling sedikit ada satubj
yang tidak nol
(ada perbedaan efek antar kolom terhadap
variabel terikat)
H0AB :
(ab)ij
untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3
(tidak ada interaksi baris dan kolom
terhadap variabel terikat)
H1AB :paling
sedikit ada satu (ab)ij
yang tidak nol
(ada interaksi baris dan kolom terhadap
variabel terikat)
b. Komputasi
Pada
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
notasinotasisebagai berikut:
nij:
ukuran selij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: cacah data amatan pada selij
: frekuensi sel ij
: rataan harmonik frekuensi seluruh sel: cacah seluruh data amatan.
N
:
cacah
seluruh data amatan
SSj:
jumlah kuadrat deviasi data amatan selij
SSj =
: rataan pada sel ij
Ai:
: jumlah
rataan pada baris ke-i
Bj:
: jumlah
rataan pada kolom ke-j
G:
jumlah rataan semua sel
Untuk
memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2),(3), (4), dan
(5) sebagai berikut:
(1)
:
: (3) :
(5)
:
(2)
:
: (4) :
Pada
analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama terdapat
lima jumlah kuadrat, yaitu:
JKA :=
{(3)-(1)}
JKB :
{(4)-(1)}
JKAB :
{(1)+(5)-(3)-(4)}
JKG :
(2)
JKT:
JKA + JKB + JKAB + JKG
Dengan:
JKA :
jumlah kuadrat baris
JKB :
jumlah kuadrat kolom
JKAB:
jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG :
jumlah kuadrat galat
JKT :
jumlah kuadrat total
Derajat
kebebasan (dk) untuk masing-masing
jumlah kuadrat tersebut adalah sebagai berikut:
dkA =
p-1 dkB
= q-1
dkAB = (p-1)(q-1) dkG = N-pq
dkT =
N-1
Berdasarkan
jumlah kuadrat danderajat kebebasan masing-masing diperoleh rataan kuadrat
sebagai berikut:
RKA =
RKB
=
RKAB =
RKG
=
c. Statistik Uji
Statistik uji analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama ini adalah:
1)
Untuk H0A
adalahFa=
yang merupakan nilai darivariabel randomyang berdistribusiF
dengan derajat kebebasan p-1 danN-pq.
2)
Untuk H0BadalahFb
=
yang merupakan nilai dari variabel
randomyang berdistribusi F dengan derajat kebebasab q-1 danN-pq.
3)
Untuk H0ABadalahFab=
yang merupakan nilai dari
variabelrandom yang berdistribusiF dengan derajat kebebasan (p-1)(q-1)
dan N-pq.
d. Taraf Signifikansi (α = 0,05)
e. Daerah Kritik
1)
Daerah kritik untuk Faadalah DK = {Fa| Fa>Fα
; p-1, N-pq}
2)
Daerah kritik untuk Fbadalah DK = { Fb| Fb>Fα
; q-1, N-pq}
3)
Daerah kritik untuk Fabadalah DK = { Fab| Fab>Fα;
(p-1)(q-1), N-pq}
f. Keputusan Uji
H0ditolak jika Fhitungterletak
di daerah kritik.
g. Rangkuman Analisis
Sumber
|
JK
|
dk
|
RK
|
Fobs
|
Fa
|
Baris
(A)
Kolom
(B)
Interaksi
(AB)
Galat
(G)
|
JKA
JKB
JKAB
JKG
|
p-1
q-1
(p-1)(q-1)
N-pq
|
RKA
RKB
RKAB
RKG
|
Fa
Fb
Fab
-
|
Ftabel
Ftabel
Ftabel
-
|
Total
|
JKT
|
N-1
|
-
|
-
|
-
|
3. Uji
Komparasi Ganda
a.
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil
analisis variansi tersebut menunjukkan
hasil bahwa hipotesis nol ditolak.Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakanmetode
Scheffe.
1) Komparasi
rerata antar kolom
Dengan :
= nilaiFobspada
perbandingan kolom ke-idan kolom ke-j
= rerata pada kolom ke-i
= rerata pada kolom ke-j
RKG=
rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan anava.
= ukuran sampel pada kolom ke-i
= ukuran sampel pada kolom ke-j
Daerah kritik untuk uji adalah = {
|
> (q-1)Fα;q-1,N-pq}
2) Komparasi
rerata antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj
Keterangan :
Fij-kj=
nilaiFhitpada pembandingan baris ke-ij dan baris ke-kj
= rerata pada baris ke-ij
= rerata pada baris ke-kj
RKG
= rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari
perhitungan anava.
nij
= ukuran sampel pada baris ke-ij
nkj=
ukuran sampel pada baris ke-kj
3) Komparasi
rerata antar sel pada baris yang sama
Fij-kj
Keterangan
:
Fij-ik
=
nilai Fhitpada perbandingan baris ke-ij dan baris ke-ik
= rerata pada baris ke-ij
= rerata pada baris ke-ik
RKG=
rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungananava.
nij=
ukuran sampel pada baris ke-ij
nik
= ukuran sampel pada baris ke-ik
Daerah Kritik untuk uji adalah = {Fij-kj|
Fij-kj > (pq-1)Fα ;(pq-1),N-pq}
c. Menentukan
keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata.
d. Menyusun
rangkuman anlisis (komparasi ganda).